LWZ6MWNdMaNcMqZ4MqN7Map7yTUfATofA6YbyaV=
Seft ( Spritual Emotional Freedom Technique )sebagai Model Terapi



Seft ( Spritual Emotional Freedom Technique )sebagai Model Terapi

Spritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah dari banyak sistem yang berkembang untuk menolong client untuk menangani permasalahan mereka. Tehnik seperti ini mempunyai kekhasan dalam, dasar terminologi filosofis, dan tingkatan diambil dalam program. Walau ketidaksamaan itu, SEFT diperkembangkan sesuai karakter manusia. Ini direncanakan untuk penuhi segi religius yang menempel pada tiap orang.


Spritual Emotional Freedom Technique

Kehidupan manusia tak pernah lepas dari permasalahan yang selalu terjadi dalam beragam faktor individu, sosial, belajar dan profesi. Di lain sisi, kemauan untuk bebas dari ketergantungan permasalahan sebagai usaha beragam faksi dan peningkatan sistem atau kenaikan pertimbangan dan kepercayaan. Maksudnya untuk mendapati jalan keluar terbaik dan memberi beragam opsi alternative dalam soal menangani penekanan psikis, sosiologis, atau ekologis yang mengusik kebahagiaan hidup manusia.


Kebahagiaan, ketenangan, dan kesehatan ialah arah yang ingin diraih oleh aliran-aliran dalam konseling dan bimbingan, tidak ketinggal saluran psikoterapi lainnya. Dari rangkaian aliran-aliran yang seirama ada sistem orisinal dan ringkas yang bisa dipakai menolong binimbing menangani permasalahan yang dirasakan, seperti hipnosis, zen therapy dan meditasi (Mulyo, 1996). Dalam acara tuntunan yang berjalan pembina menolong binimbing tentukan opsi, mendapati jalan keluar, beradaptasi dengan lingkungannya, bisa berencana masa datang, dan jadi manusia mandiri. Lebih jauh pada proses tuntunan binimbing akan menambah nilai-nilai kehidupan yang berkualitas dalam dirinya, dan bisa menolong orang yang lain membutuhkan.

Lahirnya penganekaragaman sistem dana untuk jadikan manusia unggul dan sehat, dianggap memang mempunyai kekhasan yang lain dan satu. Namun pada penilaian yang cermat terlihat ada uniformitas pada beberapa bagian tertentu, misalkan beberapa gejala yang dirasakan client sesudah terima layanan. Adapun banyak hal membandingkan salah satunya yakni panggilan nama, nama pembina, pemberian code, tindakan, durasi waktu, peranan pembina atau perintah yang diberi dengan seorang pelatih.

Ketidaksamaan atau kemiripan itu ke-2 nya sebagai wacana dan pengetahuan untuk mengentaskan binimbing dari kesusahan. Pada ke-2 nya juga tak perlu dipertentangkan, tapi jadi lebih baik bila ditemukan benang merahnya untuk kesejahteraan hidup manusia.

Sekilas Tuntunan Dan Konseling

Conny Semiawan (2005) sampaikan jika apakah yang dimaksud konseling dan bimbingan itu ialah satu helping, profesion. Pemahaman pokoknya ialah satu yang memiliki sifat membantu atau menolong orang lain. Kontribusi yang diberi bisa berbentuk tuntunan barisan, konseling barisan, dan yang dibuat individual. Misalkan, service therapy masal dengan mengikutsertakan banyak members untuk capai kesehatan, kesehatan, dan kesembuhan.Sedang yang memiliki sifat individu, bantuak diberi lewat face to face pada suatu interviu atau dialog dalam service konseling (Munawir, 1989)

Konseling sebagai service sumbangan kemanusiaan mempunyai beberapa figur yang masing-masing memberi kontributor dalam dasar berdasar pemikiran tiap pemrakarsa. Sigmund Freud figur konseling psikoanalisa mendeskripsikan manusia dari faktor instinknya untuk mendapat kepuasan yang disebutkan principle of pleasure. Maknanya seorang melakukan aktivitas hanya untuk memburu kenikmatan untuk dirinya. Akibatnya karena dorongan semacam ini tuntunan yang mengalam masalah psikis ditolong memimpi. Sebagai saluran khusus, seterusnya memberi ide berikutnya.
Seperti konseling rational emotif, pemrakarsaya Albert Ellis memvisualisasikan jika manusia itu bisa dilihat dari langkah berpikiran yang logis atau irrasional dalam memberi respon satu objek di luar dirinya. Pribadi yang alami masalah ialah yang pikirkan suatu hal yang apa yang diyakininya tidak oke dan tempatkan kepercayaan itu pada segi di luar kewajaran. Menurut Ellis therapy pada manusia berkeyakinan irrasional jadi rasional. Sama dengan therapy diagnetik yang melihat pribadi memiliki masalah itu dari pemikiran inovatif yang bekerja di bawah kesadaran akibatnya karena pangalaman traumatis yang dialami. L. Ron Hubb Ard memberitahukan jika kemampuan pemikiran reaktif sanggup untuk geser pemikiran analitik. Tindakan pada orang yang alami masalah dilaksanakan dengan bawa client ke alam masa lampau, ingat kejadian traumatis selanjutnya ditukar dengan pengalaman membahagiakan di periode kini. Ini serupa dengan sistem federasi bebas.

Konseling dalam prakteknya terdiri dari 3 sisi, yakni Pertama sisi awalan yang berisi pembukaan, perjumpaan, dan beberapa pertanyaan enteng, panggilan yang memiliki nuansa pendekatan di antara binimbing dan pembina. Dalam babak awalnya ini pembina memerhatikan apa yang terlihat dari sikap client, baik berbentuk bahasa atau gerak berpikir sebagai bahasa sandi yang perlu dipahami. Pembina menyaksikan seperti apakah kondisi contact mata pada binimbing, seperti apakah juga hatinya, dan bagaimana dia berbicara-kata. Semuanya dalam keterangan Darsana (2005) dikatakan sebagai tehnologi konseling.

Ke-2 , sebagai acara kelanjutan, dalam tahapan tengah pembingbing menolong binimbing untuk pahami permasalahannya dengan jelas memberi opsi sesuai kekuatan client menggerakkan agar bisa membuat keputusan, cari langkah dalam penelusuran permasalahannya, dan memberi semangat jika dia bisa melakukan perbuatan baik untuk dianya sendiri. Ada juga opini yang menjelaskan pada tahapan tengah berikut client atau orang ditolong sebisa mungkin selekasnya mengetahui sikap apa yang sudah dibuat hingga memunculkan imbas untuk dirinya atau seseorang di sekelilingnya. Pada kondisi tidak bisa lakukan suatu hal, konsultan bisa memberi therapy atau kontribusi yang semacam supaya binimbing bisa kenang kembali peristiwa-kejadian periode lalu. Aktivitas semacam ini kerap juga disebutkan dengan eksploitasi diri.

Ke-3 , ialah tingkatan akhir yang memvisualisasikan kondisi diri binimbing, apa terentaskan dari kesusahan yang tidak atau ditemui. Pegiat atau beberapa pembina menyebutkan sebagai tahapan penilaian dari service yang diberikan. Penilaian dalam konseling dan bimbingan dilaksanakan secara mendalam dan ditujukan ke evalu proses hasil dan asi. Penilaian pada proses ialah memantau jalannya sepanjang proses kontribusi berjalan, apa ada hambatannya, apa binimbing bisa ikuti proses, dan respon-respon apa yang yang terlihat dalam proses. Penilaian hasil ialah menyaksikan hasil yang didapat binimbing, apa ada dianya rasakan peralihan sesudah terima therapy konseling. Hasil lain pada client yakni bisa membuat keputusan untuk dirinya atau dia bisa membuat opsi yang tepat. Di lain sisi ada juga hasil yang negatif yang ada berbentuk kepasifan dalam diri binimbing. Di saat bertepatan pembina memperoleh hasil atas sesuatu yang sudah ditangani sebagai refleksi diri. Bukan hanya dalam teritori tuntunan konseling, pada kontribusi alternative sistem yang lain hasil akhir ini disingkap lewat pengakuan orang yang ditolong. Misalkan, “Saya berasa jadi lebih baik”, “Rasa pusing yang saya rasakan telah berkurang”, “Apa Anda dapat tentukan pasangan hidup?”. Dengan menyaksikan hasil akhir pegiat dalam service therapy atau tuntunan akan tentukan apa kontribusi diteruskan dengan yang lain atau akan mengikutkan binimbing dalam aktivitas therapy berikutnya.

Inti Manusia Versus SEFT

Banyak pegiat dan peserta training menanyakan apa religius emotional freedom technique (SEFT) itu bisa diperhitungkan sebagai salah satunya mode therapy dalam tidak atau konseling. Jawaban masalah ini sudah pasti tidak selekasnya bisa disetujui, karena membutuhkan pembahasan secara cermat. Dalam komunitas training beberapa pemula disebutkan jika sistem SEFT ialah satu jalan singkat yang bisa secara mudah dilaksanakan oleh SEFT-ER pemula untuk menolong orang lain. Disebutkan juga jika hasil therapy ini akan sejajar dengan hasil konseling bila diaplikasikan dengan fokus. Demikian juga therapy yang dihidangkan dalam workshop APECA (Assosiation Psycholigycal and Educational Conselor of Asia) di Kampus Satya Wawasan Salatiga di tahun 1992 sudah memperlihatkan pemakaian contoh therapy dari share saluran untuk menolong klien. Salah satunya penyaji makalah dalam konferensi dan pakta ABKIN kesepuluh tahun 2005 sampaikan therapy dianetik untuk beberapa kasus tanda-tanda masalah psikis yang sama untuk bawa manusia ke alam Clear.

Dalam cerita pencetus SEFT memanglah tidak terlihat ulasan khusus yang terkait dengan inti manusia. Tapi jikamana diamati dengan cermat tersingkap jika manusia itu dilihat sebagai makhluk religius yang memiliki pengalaman duniawi, dan bukan makhluk duniawi yang memiliki pengalaman religius (Faiz, 2006). Manusia sebagai makhluk religius condong sebagai makhluk si maha pembuat. Bila pendefinisian fokus pada Islam, karena itu kebenaran mengenai inti manusia menurut SEFT tidak lain ialah pengkajian manusia menurut wahyu ilahi, sumber yang diartikan ialah firman Allah dalam salah ayat yang mengatakan jika manusia itu berpotensi jiwa berkenaan kebaikan dan terburukan (At-Tiin: 5,Ibrahim: 94).

Kekuatan kebaikan ialah kekuatan untuk melakukan tindakan berpikiran secara positif, demikian juga dalam rasakan sesuatu. Manusia melakukan tindakan positif baik untuk dianya atau ke seseorang, di dalam lingkungan di mana dia tinggal. Di dunia konseling pribadi semacam ini disebutkan jadi orang yang mempunyai keinginan jadi berperan penuh dalam hidupnya (Rosyidan, 2000). Maknanya, dia selalu ada di zaman kesetimbangan dan kesesuaian. Berdasar pemikiran filosofi SEFT ialah seorang yang mempunyai mekanisme energi badan dalam status stabil.

Kekuatan yang lain ialah kekuatan terburukan, kerusakan atau pemikiran atau kepercayaan negatif (Faiz, 2006) yang ada di alam bawah sadar. Tanda-tanda psikis ini seringkali timbulnya berbentuk ungkapan… “Saya tidak dapat capai mimpi saya”, “Saya tidak berbicara di muka khalayak dengan yakin diri”, “Saya berserah, saya tidak sanggup melakukannya”. Freud figur psikologi dalam melihat jika manusia sebagai makhluk yang memiliki dorongan negatif yang condong pada sikap menghancurkan diri kita atau orang lain.

Sebagai makhluk religius, disebutkan juga jika manusia itu bebas pilih kesejahteraan dan penderitaan untuk dirinya (Al-Ahzab: 72; Al-Imran: 2-3). C. Regers sebagai figur konseling Klien Centered Terapi sampaikan jika manusia memiliki hak penuh atas pembikinan keputusan untuk dianya sendiri. Ke-2 pernyataan ini sesuai hingga bisa memberi deskripsi seperti apakah inti manusia itu sebetulnya.

Arah SEFT

Seperti arah yang ingin diraih oleh beberapa model therapy yang lain, arah therapy SEFT untuk menolong seseorang baik individu atau barisan dalam kurangi kesengsaraan mental atau fisik. Referensi yang bisa dipakai untuk menyaksikan arah itu ada di moto yang mengeluarkan bunyi “LOGOS” (Loving Good, Blessing to the others, and Self Improvement).

Ada tiga hal yang bisa diutarakan dari moto itu: pertama, seorang harus menyukai Tuhan. Dengan langkah ini seorang akan arahkan kegiatannya untuk beberapa hal yang bagus dan tidak bersimpangan dengan etika-etika yang telah ditetapkan. Dia akan memprioritaskan tinggalkan terburukan dan kebaikan.

Ke-2 , Blessing to the others, pernyataan ini diperuntukkan supaya kita perduli ke orang lain, jika anda mempunyai segi keunggulan tularkan ke orang lain. Sesungguhkan kelebihan itu hanya dari si Maha Kuasa, karena itu wajiblah kita membagikan karunia dengan sama-sama manusia.

Ke-3 , Self Improvement, yang bermakna benahi diri kita ingat ada kekurangan dan kelemahan dari tiap pribadi. Karenanya lewat refleksi seorang akan introspeksi diri, melakukan tindakan berhati-hati dan tidak asal-asalan di kehidupan setiap hari. Arah sepenuhnya SEFT tidak lain bawa manusia di kehidupan sejahtera dan damai.

Proses Yang Dilakukan

Pada proses therapy yang berjalan pembina yang umum disebutkan SEFT-er mempunyai peranan sebagai pelatih, sedang segi binimbing berperanan jadi orang yang ikuti panduan yang diberikan. Proses tindakan dipisah jadi tiga tingkatan seperti dalam konseling, masing-masing sesion awalnya, akhir dan tengah.

Pada tahapan awalnya, pegiat menyebutkan dengan sesion Set-Up. Dalam segi ini pelatih memberi perhatian yakni memerhatikan kondisi fisik, mimik dan keluh kesah yang dirasakan dibarengi dengan ajukan beberapa pertanyaan enteng supaya binimbing bisa sampaikan keluh kesahnya yang terkait dengan hati dan masalah fisik yang dialami. Tahapan awalnya ini mempunyai keserupaan dengan sesion awalnya dalam konseling yang diikuti karena ada attending dan open question pada client yang oleh Ivey (1988) dikatakan sebagai keterampilan konseling. Jikamana dilaksanakan tanpa awalan bermakna tidak ada pendekatan di antara 2 orang yakni pembina dengan terbimbing. Sepanjang proses terjadi diharap bisa dinetralisir masalah mental berbentuk pemikiran atau kepercayaan negatif. Albert Ellis menjelaskan jika pemikiran atau believe irrasional tersebut yang dinetralisir oleh konseling rational emotif. Rupanya saat ini bisa kita kenali keserupaan di antara beberapa model therapy, meskipun masih ditemui juga sedikit ketidaksamaan dalam beberapa hal. Penglihatan Andy Mapiare (2000) memperjelas pendekatan multi sektor lebih efisien dibanding pendekatan tunggal. Maknanya bila memiliki tekad untuk menolong seseorang miliki lebih satu sistem saja.

Tahapan ke-2 ialah proses tune-in pembina bawa kita masuk alam masa lampau dengan mengingat semua kejadian yang dulu pernah terjadi yang memunculkan masalah. Semacam ini sama dengan salah satunya proses dari therapy dianetik yang mengintruksikan pra Clear untuk mencari serangkaian peristiwa masa lampau yang dulu pernah dialami.

Demikian juga dengan therapy konseling psikoanalisis di proses federasi bebas binimbing di bawah masuk alam pemikiran dan daya ingat sebebas-bebasnya buat menenukan kejadian yang menakutkan beberapa diri klien. Tahapan ke-3 , ialah proses Tapping, masuk tingkatan ini SEFT-er memberi sentuhan pada beberapa bagian badan pada konsentrasi beberapa titik simpul saraf, untuk mengaktifer kembali aliran-saluran saraf yang terganggu. Dengan sentuhan atau ketukan diharap mekanisme energi badan berperan normal hingga badan dapat capai kesegaran dan kesetimbangan. Alex Mackenzie (1992) mengungkapkan jika aktivasi tenaga misteri pada tubuh untuk therapy sudah dilaksanakan oleh beberapa saluran seperti Raja Kumala Toga, Subud, Bambu Kuning, dan Satria Nusantara.Hasil dari penilaian pada treatment itu sebetulnya belum terlihat terang bedanya, tapi yang dirasa ialah keserupaan hasil therapy untuk beberapa orang yang sudah ditolong. Hasil yang sama dapat didapat dari hipnosis, meditasi, zen, therapy atau rileksasi. Maka dari itu, lewat Tune-in dan sistem yang lain didapat gejalagejala pada subyek yang ada sebagai berikut.

Subyek yang baru pertama kalinya alami therapy mukanya alami peralihan, terkadang keluarkan air mata dan alami hal yang luar biasa. Terjadi peralihan pada mekanisme pembulu darah. Umumnya subyek berasa hangat, bisa bernapas lega, tubuh berasa cukup enteng, terjadi juga pengurangan emosi. Subyek bisa alami kegairahan motorik, bisa menggerakkan sisi yang kurang kuat sampai pergerakan yang maksimal. Subyek bisa memberi respon lebih bagus, mempunyai motivasi dalam hidupnya. Subyek berasa mendapatkan kemampuan baru, memperoleh kesegaran, bisa lakukan pergerakan yang awalnya susah dilaksanakan.

Peluang masih ada tanda-tanda mental dan fisik yang lain masing-masing menurut pengalaman binimbing. Misalkan, bisa kurangi rutinitas jelek selanjutnya kembali ke gerak fisik yang wajar. Jadi apa saja proses yang dilakukan semua berharga positif dalam menolong orang lain.

Penutup

Upaya-upaya yang dibuat oleh beberapa pencetus dalam soal menolong seseorang ialah usaha untuk mengentaskan diri dari pasienan. Walau panggilan, tingkatan, dan tindakan terlihat berlainan, di lain sisi sudah memperlihatkan hasil positif dan berguna untuk kesehatan manusia, dari sisi satu sama yang lain sama-sama lengkapi. Pada dasarnya bisa dipahami jika therapy konseling mempunyai tiga faktor dasar masing-masing yakni arah, sistem, dan penglihatan mengenai apa manusia itu sebetulnya. Demikian juga pengkajian pada therapy SEFT sudah memperlihatkan ada identitas yang dekati teori-teori tuntunan konseling lainnya.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.
Contact Us via Whatsapp