LWZ6MWNdMaNcMqZ4MqN7Map7yTUfATofA6YbyaV=
Konseling EGO: Perbedaan ego menurut Freud dan Erikson



Konseling EGO: Perbedaan ego menurut Freud dan Erikson

Konseling ego ditenarkan oleh Erik Erikson. Konseling ego mempunyai keunikan yang lebih mengutamakan pada peranan ego. Aktivitas konseling yang sudah dilakukan secara umum mempunyai tujuan untuk perkuat ego strength, yang bermakna latih kemampuan ego client. 

Sering orang yang memiliki masalah ialah orang yang mempunyai ego yang kurang kuat. Misalkan, orang yang rendah diri, dan tidak dapat memutuskan dengan tepat karena dia tidak sanggup menggunakan egonya secara penuh, bagus untuk penuhi tuntutan hidupnya, raih kemauannya.
Konseling EGO: Perbedaan ego menurut Freud dan Erikson

Perbedaan ego menurut Freud dan Erikson

Perbedaan ego menurut Freud dengan ego menurut Erikson ialah: menurut Freud ego tumbuh dari id, dan menurut Erikson ego tumbuh sendiri sebagai personalitas seorang. Erik Erikson ialah seorang psikiater perubahan Denmark-Jerman-Amerika dan psikoanalis populer karena teorinya mengenai pembangunan sosial manusia. Ia kemungkinan terpopuler untuk coining kritis identitas phrase. Anaknya, Kai T. Erikson, ialah seorang sosiolog Amerika. Erik Erikson terlahir di Frankfurt dari orangtua Denmark, Identitas Erik Erikson dalam psikologi bisa dijelajahi ke periode kecilnya. Dia dilahirkan 15 Juni 1902 sebagai dari hasil jalinan di luar pernikahan ibunya dan kondisi kelahirannya yang terselinap dari ia di periode kecilnya.

Ibunya, Karla Abrahamsen, datang dari keluarga Yahudi terpenting di Kopenhagen, Henrietta ibunya wafat saat Karla cuma 13 tahun. ayah Abrahamsen's, Josef, seorang pedagang barang kering. Saudar Karla : Einar, Nicolai, dan Axel aktif dalam amal Yahudi lokal dan menolong jaga dapur umum gratis untuk imigran Yahudi miskin dari Rusia. Semenjak Karla Abrahamsen sah menikah dengan pialang saham Yahudi Waldemar Isidor Salomonsen pada waktu itu, putranya, terlahir di Jerman, tercatat sebagai Erik Salomonsen. Tidak ada info selanjutnya mengenai ayah kandungnya, terkecuali jika ia ialah seorang Dane dan namanya kemungkinan diberi ialah Erik. Hal ini merekomendasikan supaya ia menikah di saat yang memiliki kandungan Erikson.

Sesudah kelahiran anaknya, Sheila dilatih menjadi seorang perawat, berpindah ke Karlsruhe dan di tahun 1904 menikah dengan seorang Yahudi dokter anak Theodor Homburger. Di tahun 1909 Erik Erik Salomonsen jadi Homburger dan pada 1911 dia dengan cara resmi dipungut oleh ayah tirinya. Perubahan identitas nampaknya sudah menjadi satu diantara kedukaan Erikson paling besar dalam kehidupan sendiri atau teorinya. Selama saat kanak-kanak dan dewasa awalnya dia dikenali sebagai Erik Homburger dan orang tuanya terus perincian kelahirannya rahasia. Ia ialah seorang, jangkung pirang, bermata biru anak yang dibesarkan dalam agama Yahudi. Di sekolah kuil, anak-anak memikatnya karena Nordic; di sekolah dasar, mereka memikat ia menjadi Yahudi. Erikson ialah seorang mahasiswa dan guru seni.

Saat mengajarkan dalam suatu sekolah swasta di Wina, dia kenalan dengan Anna Freud, putri Sigmund Freud. Erikson alami psikoanalisis dan pengalaman itu membuat memilih untuk jadi seorang riset sendiri. Ia dilatih dalam psikoanalisis di Wina psikoanalitis Institute dan pelajari sistem pengajaran Montessori, yang fokus pada perubahan anak. Sesudah lulus dari Erikson Institute di Wina psikoanalitis 1933, Nazi barusan berkuasa di Jerman dan dia berhijrah bersama istrinya, pertama ke Denmark lalu ke Amerika Serikat, di mana dia jadi psikoanalis anak sulung di Boston. Erikson menggenggam status di Massachusetts General Hospital, Hakim Tuntunan Baker Center dan di Harvard Medical School dan Psikis Klinik, membuat rekam jejak sebagai dokter. Di tahun 1936, Erikson terima status di Yale University, bekerja di Institute of Human Relations dan mengajarkan di Sekolah Kedokteran.

Sesudah satu tahun memperhatikan anak-anak Sioux di Dakota Selatan, dia tergabung dengan staff pendidik University of California di Berkeley, berafiliasi dengan Institut Kesejahteraan Anak, dan buka praktek. Di California, Erikson belajar anak suku asli Yurok Amerika. Sesudah penerbitan buku yang populer Erikson, Anak dan Warga, pada 1950, dia tinggalkan University of California saat profesor ada disuruh untuk tanda-tangani sumpah kesetiaan. Dia habiskan 10 tahun bekerja dan mengajarkan di Pusat Riggs Austen., sarana perawatan psikiatri terpenting di Stokbridge, Massachusetts, di mana dia bekerja dengan beberapa orang muda emosional memiliki masalah. Di tahun 1960, Erikson kembali lagi ke Harvard sebagai profesor pembangunan manusia dan masih tetap di kampus sampai pensiun di tahun 1970.

Erikson dikreditkan dengan menjadi satu diantara pemrakarsa psikologi Ego, yang mengutamakan peranan ego sebagai lebih dari seorang hamba id. Menurut Erikson, lingkungan di mana anak hidup penting untuk memberi perkembangan, rekonsilasi, sumber kesadaran diri dan identitas. Bukunya 1969 Gandhi Kebenaran, yang lebih terpusat pada teori yang diaplikasikan untuk tahapan seterusnya dalam transisi hidup, memenangi hadiah Pulitzer Erikson dan US National Book Award.

Di tahun 1973 National Endowment untuk diputuskan Humaniora Erikson untuk Kuliah Jefferson, kehormatan pemerintahan federasi AS untuk perolehan paling tinggi di humaniora. Erikson kuliah dengan judul "Dimensi dari Identity Baru." Erik Erikson wafat pada 12 Mei 1994. Erik Erikson yakin jika tiap manusia jalan lewat beberapa tahapan untuk capai pembangunan penuhnya, berteori delapan tahapan, jika manusia melalui dari lahir sampai mati. (Anak dan Warga-Erik Erikson) Erikson merinci tahapan genital Freud jadi remaja dan menambah tiga tahapan dewasa.

Janda Joan Serson Erikson merinci pada mode saat sebelum meninggalnya, menambah tahapan ke-9 (usia tua) itu, dengan menimbang keinginan hidup bertambah di budaya Barat. Erikson ialah Neo-Freudian, dilukiskan sebagai seorang psikiater ego pelajari tahapan pembangunan yang meliputi semua transisi hidup. Tiap tahapan Erikson peningkatan psikososial diikuti oleh perselisihan, yang resolusi sukses akan hasilkan hasil yang memberikan keuntungan, misalkan, keyakinan versus tidak percaya dan oleh sebuah kejadian penting, perselisihan ini tersudahi sendiri.

Favourable dari hasil tiap tahapan terkadang dikenali sebagai "kebijakan", istilah yang dipakai, dalam kerangka kerja Eriksonian, seperti diaplikasikan untuk beberapa obat yang bermakna "kekuatan." Misalkan kebijakan yang hendak ada dari resolusi yang sukses. Anehnya dan kontra-intuitif, riset Erikson merekomendasikan tiap pribadi harus belajar langkah menggenggam ke-2 ekstrim tiap rintangan hidup tahapan tertentu dalam kemelut keduanya, tidak menampik salah satunya ujung kemelut atau lainnya.

Cuma saat ke-2 berlebihan dalam tahapan rintangan hidup dimengerti dan diterima sebagai ke-2 nya dibutuhkan dan bermanfaat, didapatkan kebijakan yang maksimal . Maka, 'kepercayaan' dan 'salah kepercayaan' itu harus dimengerti dan diterima, supaya keinginan realitas 'untuk ada sebagai jalan keluar yang pantas pada tahapan pertama. Demikian juga, 'integritas' dan 'putus asa' itu harus dimengerti dan berangkulan, supaya hikmat ditindak-lanjuti ' sebagai jalan keluar yang pantas pada tahapan paling akhir.

Mayoritas riset empiris ke teori Erikson sudah diprioritaskan pada penglihatannya berkenaan usaha untuk membuat identitas periode remaja. pendekatan teoretis-Nya sudah didalami dan disokong, terutamanya berkenaan remaja, oleh James Marcia. Marcia's Erikson bekerja diperpanjang dengan membandingkan bermacam-macam identitas, dan ada banyak bukti empiris jika beberapa orang yang membuat diri yang paling koheren-konsep pada periode remaja ialah mereka yang paling sanggup membuat tambahan intim di umur dewasa awalnya. Ini memberikan dukungan teori Eriksonian, di jika memperlihatkan jika mereka paling siap untuk menuntaskan kritis dewasa awalnya ialah mereka yang paling sukses menuntaskan kritis remaja. Teori Personalitas Berdasarkan teori ini manusia tidak didorong oleh energi dari dalam, tetapi untuk memberi respon rangsangan yang berbeda, misalkan indvidu dalam hidupnya perlu beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Erikson egolah yang meningkatkan semua sesuatunya.

Misalkan kekuatan pribadi, kondisi dianya, jalinan sosialnya dan pendistribusian ketertarikannya. Seorang pribadi sebaiknya mempunyai ego yang sehat dan kuat buat memberi respon situasi keadaan sebagai salah satunya proses menyesuaikan. Tahapan Perubahan Personalitas Erikson lebih mengutamakan ulasan ke ulasan psikososial. Dalam teorinya, Erikson merangkum beberapa ciri perubahan personalitas jadi delapan tahapan, yakni:
  • Periode bayi awalnya (0-1 tahun) Perubahan yang sukses diikuti dengan karakter yakin. Bila anak mendapat kasih-sayang yang cukup dari orangtuanya dan keperluan tercukupi secara baik. Perubahan yang tidak berhasil bila pada periode ini anak kerap diterlantarkan dan dikasari oleh orang-tua, karena itu dalam dianya akan berkembang sikap tidak yakin.
  • Periode bayi akhir (1-3 tahun) Perubahan yang sukses diikuti oleh ada otonomi dan perubahan yang tidak berhasil diikuti oleh ada hati ragu dan malu. Pada umur ini anak perlu mendapatkan peluang untuk lakukan kekeliruan dan belajar dari kekeliruannya itu. Bila orang-tua terlampau banyak berbuat untuk kebutuhan anak, ini bisa menghalangi otonomi dan menghancurkan kekuatan mereka untuk hadapi dunia secara sukses. Sikap orang-tua yang condong larang, membentak, dan menyesali tindakan anaknya akan menumbuhkembangkan hati ragu dan malu baik pada masa kini atau pada tahapan perubahan seterusnya.
  • Periode kanak-kanak awalnya (3-5 tahun) Perubahan yang sukses diikuti oleh ada ide. Dan perubahan yang tidak berhasil diikuti karena ada rasa bersalah. Menurut Erikson pekerjaan pribadi pada periode ini ialah membuat rasa mempunyai kekuatan dan ide. Sikap yang seharusnya diambil oleh orang-tua dalam mendidik ialah selalu memberi peluang ke anak untuk beraktualisasi diri dengan beragam eksperimen yang ingin mereka kerjakan dan bila perlu menggairahkan mereka untuk lakukan beragam tipe eksperimen walaupun memperlihatkan hasil yang minimum.
  • Periode kanak-kanak tengah (6-11 tahun) Perubahan yang sukses diikuti dengan "hasilkan", dan perubahan yang tidak berhasil diikuti dengan rasa rendah diri. Anak yang sukses jalani perubahannya mau lakukan suatu hal, misalnya sapu rumah, kerjakan PR, dan bersihkan sepatu sendiri. Kewajiban lakukan hal itu jadi ciri-ciri sukses yang disebutkan dengan mamapu hasilkan tanggung-jawab. Kebalikannya anak yang kurang untung alami rendah diri, misalkan takut ke sekolah, takut menyanyi, dan kecondongan merajuk. Anak-anak pada tahapan ini memiliki pekerjaan untuk membuat nilai-nilai individu, mengikutsertakan diri dalam aktivitas sosial, belajar terima dan pahami seseorang. Ketidakberhasilan pada periode ini akan membuat rasa ketakmampuan sebagai seorang dewasa nantinya, dan tahapan perubahan seterusnya akan ke arah negatif.
  • Periode puber dan remaja (12-20 tahun) Perubahan yang sukses diikuti dengan kekuatan mengenali identitas dirinya. Perubahan yang tidak berhasil diikuti dengan ketidaktahuan baik pada peranan gender, kebingungan dengan kondisi diri dan harapan di masa datang. Menurut Erikson, kritis khusus yang umum terjadi pada periode ini ialah kritis identitas yang punya pengaruh pada perubahan pribadi di periode dewasa. Remaja yang tidak berhasil dalam tentukan dianya akan condong alami perselisihan peranan, kehilangan arah dan arah hidupnya.
  • Periode dewasa awalnya (21-30 tahun) Perubahan yang sukses diikuti karena ada keintiman, dan perubahan yang tidak berhasil diikuti oleh isolasi. Intim yang diartikan ialah mempunyai kekuatan yang bagus untuk dekat sama orang lain dan tidak menyenangi menyendiri. Perubahan yang bagus pada periode ini diikuti karena ada kematangan untuk masuk instansi perkawinan. Kebalikannya orang yang menyukai menyendiri sebetulnya dia lagi ada dalam kerusuhan perubahan. Tidak percaya pada seseorang dan ketidakberanian untuk bekerja bersama membuat pribadi itu untuk mengungkung diri, alami kesulitan dalam membangun rumah tangga yang serasi dan kesusahan kerja bersama seseorang.
  • Periode dewasa tengah (30-55 tahun) Perubahan yang sukses diikuti karena ada keaktifan dalam beragam sektor pada umumnya. Pada umumnya pribadi yang ada pada periode ini sanggup mengikutsertakan diri secara luas yang direalisasikan berbentuk kekuatan untuk menyayangi dengan baik, bekerja baik, dan berteman. Berikut yang disebutkan dengan kedewasaan dan kematangan secara penuh. Pribadi yang sukses akan sanggup berprestasi secara baik pada sektor yang ditekuninya. Pada tahapan ini telah capai kematangan yang prima baik dengan cara sosial, ekonomi, emosi dan cendekiawan.
  • Periode dewasa akhir (55 tahun ke atas) Perubahan yang sukses diikuti dengan keterpaduan dan perubahan yang tidak berhasil diikuti dengan keputusasaan. Sukses yang terintegrasi tujuannya apa yang dilakukan dapat diartikannya secara baik, misalkan apabila sudah mempunyai cucu, ia akan sayang pada cucu dan menantunya. Kebalikannya perubahan yang tidak berhasil condong membenci menantu dan cucu dan banyak penyesalan.
Proses Perubahan Personalitas Erikson membagikan atas empat tingkatan seperti berikut:
  • Ego berkembang atas kemampuan dirinya.
  • Perkembangan ego yang normal dengan mengembangnya ketrampilan anak dalam berbicara. Karena lewat komunikasi pribadi bisa menghitung dan memandang kelakuannya berdasar reaksi dari pihak lain.
  • Perubahan bahasa menambahkan ketrampilan pribadi untuk membandingkan satu object di dalam lingkungan dalam bahasa pribadi sanggup berbicara sama orang lain.
  • Personalitas pribadi berkembang terus-terusan lewat proses jalinan dianya dengan dunia luar atau lingkungannya (ada keterikatan di antara jalinan yang satu sama lainnya).
  • Dalam berbicara dengan lingkungannya ada empat faktor yang penting jadi perhatian yakni: Pribadi belajar membandingkan satu object dengan object yang lain.
  • Pribadi harus dapat mengikutsertakan diri dengan lingkungan yang khusus yang lama-lama semakin meluas dan semakin dalam.
  • Proses publikasi, tujuannya ialah terkait sama orang lain, karena ada jalinan sama orang lain pribadi bisa beradaptasi dengan kondisi yang diharap oleh peradaban sosialnya.
  • Perubahan personalitas yang bagus jika personalitas itu ke arah ke pembangunan "coping behavior". Coping behavior ialah kekuatan atau perilaku pribadi yang bisa tangani satu permasalahan dengan tepat dan hasilnya baik.
Supaya coping behavior memiliki daya buat, harus mempunyai dua ciri-ciri seperti berikut:

Coping behavior sebagai pola-pola perilaku yang teratur secara baik lewat tahapan-tahapan yang betul, terancang dan memiliki makna. Misalnya jika seorang mahasiswa memerlukan sebuah buku dan cuman satu di perpustakaan, ia pinjam untuk dipotret copy lebih dulu atau menulis poin penting dari buku itu.
Perilaku yang memiliki kandungan coping behavior dilaksanakan dengan sadar dan stimulanif. 
Coping behavior sebagai ide yang dasar dalam konego dan salah satunya arah dari konego ialah pembangunan coping behavior dalam diri client.
Dan yang jadi tujuan akhir perubahan personalitas ialah terciptanya coping behavior secara automatis.

Peranan Ego

Peranan ego pada diri pribadi dipisah jadi tiga sisi, yakni:
  • Peranan dorongan ekonomis; peranan ego ini salurkan dengan merealisasikan berbentuk perilaku dengan baik yakni yang bagus dan bisa diterima lingkungan, bermanfaat dan memberikan keuntungan baik untuk diri pribadi sendiri atau seseorang di lingkungannya.
  • Peranan kognitif; berfungsinya ego dalam diri pribadi untuk terima rangsangan di luar selanjutnya menyimpan dan kemudian bisa menggunakannya untuk kepentingan coping behavior. Dalam masalah ini pribadi menggunakan kekuatan kognitifnya dengan dibarengi oleh pemikiran-pertimbangan akal dan menalar.
  • Peranan pemantauan; disebutkan dengan peranan kontrol, tujuannya tinglah laris yang ditampilkan pribadi sebagai perilaku yang berpola dan sesuai ketentuan. Secara eksklusif peranan ego ini mengatur hati dan emosi pada perilaku yang ditampilkan.
Perubahan Tingkah Laku Salah Suai Timbulnya perilaku salah suai dalam diri seorang disebabkan karena tiga factor, yakni:
  • Pribadi di periode lalunya kehilangan kekuatan atau mungkin tidak dikenankan memberi respon rangsangan di luar dengan tepat hingga di saat saat ini jadi salah suai dalam berlagak.
  • Jika skema coping yang telah terbina pada dianya saat ini tidak sesuai dengan kembali dengan keadaan sekarang ini.
  • Peranan ego tidak berjalan baik, saat berlagak laris salah satunya peranan ego atau ketiganya tidak berperan secara baik, misalkan pribadi itu tidak menimbang untung ruginya dalam berlagak laris, kurang manfaatkan pemikiran atau mungkin kurang mengatur hati, hingga jadi perhatian dari lingkungan dan sudah pasti memunculkan ketaknyamanan untuk pribadi.

Konseling EGO Erikson 

Arah Konseling Adapun arah konseling menurut Erikson ialah menggunakan ego client secara penuh. Arah yang lain ialah lakukan peralihan-perubahan dalam diri client hingga tercipta coping behavior yang diinginkan dan bisa terbina supaya ego client itu jadi lebih kuat. Ego yang bagus ialah ego yang kuat, yakni yang bisa beradaptasi dengan lingkungan dengan di mana ia ada. Proses Konseling Aturan-aturan dalam konseling ego yakni:
  • Proses konseling harus bertitik tolak proses dari kesadaran.
  • Proses konseling bertitik tolak dari azas modern.
  • Proses konseling lebih ditegaskan pada ulasan secara logis.
  • Konsultan sebaiknya membuat situasi hangat dan spontan, baik pada akseptasi client atau pada proses konseling.
  • Konseling harus dilaksanakan secara professional.
  • Proses konseling sebaiknya tidak usaha mengatur keseluruhnya personalitas pribadi, tetapi cuma pada pola-pola perilaku salah suai saja.
Teknik-Teknik Konseling Adapun beberapa tehnik dalam konseling ego ialah:
  • Pertama kali konsultan perlu membangun jalinan yang dekat dengan client.
  • Usaha yang sudah dilakukan oleh konsultan harus dipusatkan pada permasalahan yang dirasakan oleh client, terutamanya pada permasalahan yang rupanya didalamnya terlihat kurang kuatnya ego.
  • Ulasan itu dipusatkan pada aspek kognitif dan faktor yang lain berkaitan dengannya.
  • Meningkatkan keadaan ambiguitas (kondisi bebas dan tidak terbatas) yang bisa dibina dengan:
  • Konsultan memberikan peluang ke client untuk munculkan hati yang ada pada dianya.
  • Client dikenankan menyampaikan keadaan diri yang kemungkinan berlainan sama orang lain.
  • Konsultan sediakan sarana yang berpeluang terjadinya transference lewat prediksi. Individu yang transference ialah individu yang meluluskan seseorang menyaksikan pribadinya dan prediksi ialah menyampaikan suatu hal yang sebenarnya ada di diri kita.
  • Di saat client transference, konsultan sebaiknya lakukan melawan transference. Konsultan sebaiknya lakukan analisis dengan dimensi-dimensinya, yakni:
  • pemerincian dari permasalahan yang dirasakan client saat diadakan konseling itu.
  • Penyebab munculnya permasalahan itu, juga bisa titik api yang mengakibatkan permasalahan itu menebar.
  • Tentukan letak permasalahan, apa pada rutinitas client, langkah berlaku atau langkah memberi respon lingkungan.
  • Kemampuan dan kekurangan setiap orang yang memiliki masalah.
Membuat peranan ego yang baru dengan:
  • Dengan menyampaikan ide baru
  • Berdasar analisis dan ide itu diberi usaha perubahan perilaku
  • Pembikinan kontrak untuk lakukan beberapa kegiatan yang sudah ditetapkan dalam konseling. Langkah-Langkah Konseling Adapun beberapa langkah dalan penyelenggaraan konego adala:
  • Menolong client membahas hati-perasaannya terkait dengan kehidupan, perasaan pada perannya, performa dan hal yang lain berkaitan dengan beberapa tugas hidupnya.
  • Client diprediksikan dianya pada masa datang. Dalam masalah ini konsultan membahas arah hidup masa datang client, sekalian potensi-potensi yang dipunyainya. Konsultan bawa client supaya sanggup menyaksikan hubunagn yang berarti di antara masa datang dan arah hidup client dengan keadaannya di periode sekarang ini.
  • Konsultan membahas bersama client hambatan-hambatan yang dijumpainya untuk capai arah masa datang.
  • Konsultan lewat proses interpretasi dan refleksi, ajak client untuk membahas kembali diri kita dan lingkungannya. Seterusnya konsultan usaha supaya client menyaksikan jalinan di antara hati hatinya barusan dengan kelakuannya.
  • Konsultan menolong client mendapati seperangkatan keinginan, tekad dan semangat yang lebih bagus dan oke dalam hubungannya dengan jalinan sosial. Jika memungkinkannya konsultan latihkan perilaku yang baru.

KESIMPULAN 

Mode konseling ego lebih mengutamakan pada peranan ego, yakni dengan menunjukkan ego strength (kemampuan ego). Pribadi yang mempunyai ego yang kuat akan sanggup beradaptasi dengan lingkungan dan membangun jalinan sosial yang serasi bersama seseorang.

Dalam perubahan pribadi Erikson membagikan jadi perubahan yang sukses dan perubahan yang tidak berhasil pada tiap tahapan perubahan.

Daftar Referensi
  • Hansen, James C. 1977. Counseling Theory and Process. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Prayitno. 1998.
  • Konseling Pancawaskita. Padang: BK FIP UNP.
  • Sofyan.S. Willis. 2007. Konseling Individu Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.
  • Taufik. 2002. Beberapa model Konseling. Padang: BK FIP UNP.
  • http://figur-ilmuwan-penemu.blogspot.com
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.
Contact Us via Whatsapp